Coco Lee (48) meninggal dunia, setelah percobaan bunuh diri dan koma di rumah sakit. Kabar yang mengejutkan dunia! Dia seorang DIVA, satu-satunya penyanyi Asia wanita yang pernah tampil di Grammy Award dan menyabet penghargaa di awal 2000an. Kita tak lupa bagaimana lagu A Love Before Time meledak di masanya.
Apa yang membuat seorang Coco Lee mengalami depresi berat, hingga maut merenggut nyawanya?
Satu tahun terakhir, Coco Lee berjuang melalui beberapa operasi, terkait masalah di panggul kaki kiri. Sesungguhnya, ini masalah yang dideritanya sejak kecil.
Dilansir dari The Sun, Coco Lee lahir, dengan cacat di kaki kiri. Ia sempat melakukan operasi di usia 2 tahun. Sayangnya, operasi tersebut gagal.
Sepanjang hidupnya, Coco menyimpan masalah di kaki kirinya ini. Dengan perawatan demi perawatan, diam-diam ia selama ini bergantung pada kekuatan kaki kanan, yang menyangga tubuhnya.
Penampilan panggung yang sempurna selama ini telah menutupi penderitaannya. Tiada yang tahu, betapa Coco berjuang keras melawan rasa sakit.
Tahun demi tahun, cacat ini memengaruhi fungsional tubuh bagian bawah. Kondisinya memburuk di bulan Oktober lalu, ketika keluhannya menyebar, dan Coco memaksa dirinya latihan tari untuk pertunjukkan.
Coco terpaksa menjalani operasi besar di sebuah rumah sakit di Hongkong. Tindakan operasi ini dilakukan di area panggul hingga paha. Operasi ini berhasil, namun ia harus terapi pelan-pelan, untuk belajar berjalan lagi.
“Operasi sukses. Meski saya harus melalui rasa kesakitan, dan saya harus belajar berjalan lagi. Saya tahu, saya bisa melakukannya,” tulisnya di salah satu postingan media sosial.
“Saya seorang pejuang wanita!” Tambah Coco Lee, menyemangati dirinya.
Di balik kata-kata yang positif dan penuh semangat itu, Coco benar-benar kesakitan hari demi harinya. Lama-lama rasa sakit di fisik itu mulai memengaruhi mentalnya. Di bulan Maret, mentalnya mulai terimbas.
“Belakangan ini, hidup terasa menyakitkan untukku…” ujarnya, dikutip dari The Sun.
Coco ditangani oleh bantuan profesional untuk melawan rasa depresinya. Ia melakukan percobaan bunuh diri beberapa kali. Hari Minggu, 2 Juli lalu, ia melakukan percobaan bunuh diri di rumahnya. Dilarikan ke rumah sakit. Coco dalam keadaan koma beberapa hari, hingga tak lagi tertolong.
“Iblis di dalam dirinya, telah memgambil alih nyawa, jiwanya,” ucap adiknya, Nancy.
Ya, Iblis terus mengintai dan menguji dengan caranya, tanpa kita sadari. Menggunakan masa terkelam kita, kelemahan kita untuk memenangkan jiwa kita. Seringkali, dalam kondisi paling terpuruk, iman ini tak tahan uji. Kesakitan, kemalangan, ke-“horor”-an dunia membuat kita lupa, bahwa Tuhan pemberi anugerah, pemberi hidup kita ini, sesungguhnya tak pernah meninggalkan kita.
Masalahnya, kita sering kalah dengan ego kita, dan ketakutan-ketakutan duniawi.
“Pencobaan-pencobaan yang kamu alami ialah pencobaan-pencobaan biasa, yang tidak melebihi kekuatan manusia. Sebab Allah setia dan karena itu Ia tidak akan membiarkan kamu dicobai melampaui kekuatanmu. Pada waktu kamu dicobai Ia akan memberikan kepadamu jalan ke luar, sehingga kamu dapat menanggungnya.” – 1 Korintus 10:13