Seorang mahasiswi tahun pertama harus membuktikan bahwa dia mengalami pelecehan seksual dalam sebuah pesta yang dipenuhi minuman keras (miras) atau berisiko kehilangan beasiswanya di film karya Wregas Bhanuteja berjudul Penyalin Cahaya, yang memenangkan penghargaan piala Citra, ajang penghargaan setara Oscar di Indonesia.
Dalam usaha untuk membersihkan namanya, Sur (Shenina Cinnamon) harus mengalami konflik dengan orang tuanya, pimpinan universitas, anggota fakultas dan sesama mahasiswa, sambil mengungkap ketidaksetaraan yang mendalam dan telah meresap ke seluruh lapisan masyarakat Indonesia.
Shenina adalah salah satu dari sedikit nominasi yang dilewatkan dalam pagelaran penghargaan piala Citra November lalu, ketika Penyalin Cahaya memenangkan 12 kategori, termasuk untuk kategori film terbaik dan aktor terbaik bagi lawan mainnya Chicco Kurniawan. Namun, penampilan tangguh Shenina sebagai seorang wanita muda yang jujur dalam menghadapi sistem yang korup dan ketinggalan zaman, justru memberi film ini keunggulan yang menarik.
Sur berasal dari keluarga kelas pekerja sederhana, dan berhasil kuliah di universitas bergengsi berkat beasiswa akademik. Dia bergabung dengan grup teater Mata Hari sebagai perancang web, tepat saat mereka memenangkan kompetisi nasional untuk karya eksperimental yang berani yang dikomandani oleh seorang mahasiswa kaya raya bernama Rama (Giulio Parengkuan).
Mereka merayakan kemenangan tersebut dengan menggelar pesta ala anak muda kota besar yang dipenuhi musik bising dan minuman keras di rumahnya yang mewah dan, meskipun berjanji kepada ayahnya bahwa dia tidak akan pulang larut malam dan mengonsumsi minuman beralkohol, Sur pada akhirnya harus menyerah pada tekanan teman-teman sebayanya.
Keesokan paginya, dia tidak ingat bagaimana dia sampai di rumah, tetapi menemukan bahwa serangkaian foto selfie dirinya dalam keadaan mabuk telah diposting secara online. Pada saat dia sampai di kampus, dewan universitas telah diberitahu, dan membuat beasiswanya ditangguhkan.
Saat kembali ke rumah, ayah Sur (Lukman Sardi) yang marah menendangnya keluar dari rumah, dan dia terpaksa mengungsi ke tempat usaha fotokopi milik temannya Amin (Chicco Kurniawan). Bersikeras bahwa dirinya dibius, Sur dan Amin menyusun rencana untuk mengungkap kebenaran tentang apa yang terjadi.
Kejatuhan Sur mungkin terjadi dengan kecepatan yang tidak realistis, tetapi di sisi lain naskah Wregas bekerja dengan baik lewat cerita detektif amatir yang mengikutinya, sambil menyentuh sejumlah masalah yang selalu relevan yang dihadapi wanita muda dalam masyarakat Asia kontemporer, khususnya di Indonesia.
Dari hubungan agresif antara Sur dan ayahnya hingga kekuatan mempermalukan publik di media sosial, dan hak istimewa yang diberikan kepada mahasiswa kaya oleh universitas atas orang-orang kecil seperti Sur, semuanya terasa otentik.
Pengungkapan terakhir di Penyalin Cahaya mungkin tidak datang sebagai kejutan besar, walaupun begitu masih dapat diterima dengan baik. Film ini juga berfungsi sebagai pemantik yang menarik bagi talenta muda di belakang dan di depan kamera.
Terlepas dari kontroversi yang menaungi Penyintas Cahaya akibat skandal pelecehan seksual yang menimpa salah satu anggota tim penulis skenario film tersebut, Penyalin Cahaya tetap dapat dinikmati sebagai pengingat kepada seluruh perempuan di nusantara akan pentingnya isu kekerasan seksual yang memang sudah darurat terjadi di negeri ini.
Karena itu, segera tekan tombol aplikasi Netflix-mu dan bersiap untuk mengikuti keseluruhan cerita yang menarik ini sambil ditemani camilan favoritmu. Sebagai pertimbangan, kamu bisa saksikan trailer Penyalin Cahaya di bawah ini!