Pada bulan Juni ini, serial Netflix yang paling ditunggu-tunggu “Money Heist Korea: Joint Economic Area” akhirnya hadir dan pencurian terbesar dalam sejarah Korea pun dimulai.
Saat Korea Utara dan Selatan bersatu, sekelompok manusia jenius dan pencuri berkumpul untuk menyusup ke lokasi pencetakan mata uang unifikasi dan mencuri empat triliun won.
Penasaran dengan yang terjadi dalam tiga episode pertama dari drama Korea adaptasi La Casa de Papel (Money Heist versi Spanyol) ini? Baca terus untuk mengetahui lebih banyak!
Money Heist Korea: Joint Economic Area Episode 1: Pencurian Terbesar di Korea Dimulai
Dalam episode pertama “Money Heist Korea : Joint Economic Area”, Korea Utara dan Korea Selatan menghentikan perang dan bersatu kembali untuk menciptakan komunitas baru yang akan memperkaya keadaan ekonomi kedua negara.
Namun, yang kaya hanya menjadi lebih kaya sementara kaum marginal tetap berada di tempatnya. Karena itu, tingkat kejahatan meningkat tiga kali lipat.
Dibiarkan tanpa pilihan, sekelompok pencuri berkumpul dan membuat rencana untuk menyusup ke tempat pencetakan mata uang unifikasi baru, Mint, dan mencuri sejumlah besar uang demi meningkatkan status mereka.
Seorang tentara Korea Utara yang berubah menjadi perampok bernama Tokyo (Jeon Jong Seo) bergabung dengan kelompok tersebut, bersama jenius Korea Utara yang dipanggil Berlin (Park Hae Soo).
Terrmasuk di dalamnya mantan narapidana Moskow (Lee Won Jong) dan anaknya yang seorang gangster Denver (Kim Ji Hoon), penipu Nairobi (Jang Yoon Ju) dan peretas dengan kemampuan mumpuni Rio (Lee Hyun Woo).
Saudara kembar Helsinki (Kim Ji Jun) dan Oslo (Lee Kyu Ho), yang merupakan mantan anggota geng, juga menjadi bagian dari kelompok, yang dipimpin oleh Profesor (Yoo Ji Tae) sang dalang pencurian.
Saat gerombolan pencuri itu berhasil memasuki Mint, inspektur Korea Selatan Seon Woo Jin (Kim Yun Jin) dan agen Korea Utara Cha Moo Hyuk (Kim Seong Oh) mencoba yang terbaik untuk bernegosiasi, dan berharap menangkap mereka.
Money Heist Korea: Joint Economic Area Episode 2: Ketika Segalanya Mulai Menjadi Goyah
Saat kedua negara membuat rencana terbaik untuk mengalahkan para pencuri, Profesor dan kelompoknya berusaha keras untuk mencapai tujuan mereka.
Dengan bantuan sandera mereka, gerombolan pencuri itu mulai mencetak uang kertas senilai empat triliun won sambil secara bersamaan menggali rute pelarian.
Keadaan menjadi lebih rumit karena salah satu sandera diidentifikasi sebagai putri Duta Besar Amerika Serikat.
Di sisi lain, Yoon Mi Sun (Lee Joo Bin), seorang sandera, berada dalam bahaya setelah mantan kekasihnya Direktur Mint Cho Young Min (Park Myung Hoon), memerintahkannya untuk menghubungi polisi melalui smart watch miliknya.
Episode 2 juga menggambarkan bagaimana hubungan Profesor dengan inspektur, yang merupakan bagian penting dari rencana, jatuh karena situasi di Mint menjadi lebih intens.
Money Heist Korea: Joint Economic Area Episode 3: Awal dari Kepemimpinan Matriarkal
Sementara Profesor duduk kembali dan membuat rencana untuk tim, Berlin memastikan bahwa semuanya berjalan sesuai rencana di dalam area.
Sayangnya, hubungan pertemanan dalam kelompok terguncang ketika identitas Rio dan Nairobi terungkap meskipun menggunakan topeng Hahoe sebagai penyamaran mereka.
Sikap apatis dan keputusan impulsif Berlin tidak membantu keadaan mereka saat itu, yang menanamkan benih keraguan bagi kelompok, terutama Tokyo.
Episode ini pun menjadi ajang pertumpahan darah ketika polisi tanpa ragu-ragu menembak Direktur Mint setelah dikira sebagai bagian dari pencuri.
Pihak kepolisian pun mengirim tim medis berpengalaman mereka untuk menenangkan situasi. Namun, seorang petugas polisi berpura-pura menjadi asisten medis yang merupakan pelanggaran kesepakatan antara Inspektur dan Profesor.
Untuk melawan serangan, Rio menanam perangkat di telepon polisi, memberikan mereka keunggulan namun keadaan menjadi kacau akibat perbuatan Berlin.
Profesor meminta Berlin tetap berada di teluk, dan memberikan pucuk kepemimpinan pada Tokyo. Sementara itu, Denver dan anggota tim lainnya menyelamatkan Yoon Mi Sun yang kritis, dan Rio mengakui cintanya pada Tokyo.