Film superhero Warner Bros The Flash yang dibintangi Ezra Miller, memang unggul atas Elemental dari Pixar. Namun perolehannya meleset dari perkiraan.
The Flash hanya meraup 55 juta dolar AS atau sekira Rp 824,5 miliar di pasar AS. Tak memenuhi ekspektasi. Mirisnya lagi, jauh dari ongkos produksi 200 juta dolar AS atau Rp 2,9 triliun, sehingga memunculkan kekecewaan besar pada beberapa pihak.
Menjelang pemutaran The Flash, para eksekutif di Warner Bros bekerja keras untuk meyakinkan publik bahwa film tersebut adalah salah satu film superhero terhebat yang pernah dibuat.
Disutradarai Andy Muschietti, cerita The Flash diambil saat Barry Allen (Ezra Miller) alias The Flash melakukan perjalanan ke masa lalu untuk mencegah pembunuhan ibunya dan secara tidak sengaja membuka multiverse DC.
Sederet superhero dimunculkan. Salah satunya Supergirl. Menarik namun membingungkan. Tanpa penilaian penonton yang positif atau promosi dari mulut ke mulut yang kuat, The Flash harus berusaha ekstra keras untuk meraih hasil yang diinginkan dalam beberapa minggu mendatang.
Tidak mudah, terlebih sebentar lagi, tepatnya 30 Juni, rilis Indiana Jones and the Dial of Destiny pada 30 Juni. Setelahnya 12 Juli ada Mission Impossible: Dead Reckoning Part One dan 21 Juli Oppenheimer karya Christopher Nolan.
“Ini adalah pembukaan tiga hari yang lesu untuk film pahlawan super,” kata David A. Gross, yang menjalankan perusahaan konsultan film Riset Hiburan Waralaba. “Ada pembukaan serupa yang berkembang menjadi jumlah besar,” tambahnya, mengacu pada “Ant-Man” tahun 2015, yang dibuka dengan 57 juta dolar AS dan berakhir dengan 519 juta dolar AS di seluruh dunia.
Di box office internasional The Flash juga kurang bergairah, hanya meraup 75 juta dolar AS atau Rp 1,1 triliun dari 78 pasar yang ada, menjadikan penghitungan globalnya menjadi 139 juta dolar AS (Rp 2 triliu ). The Flash tampaknya akan mendekati Black Adam yang dianggarkan 200 juta dolar AS oleh Dwayne Johnson, namun gagal mencapai target secara global, hingga akhirnya harus kehilangan potensi pendapatan yang cukup besar.
Analis percaya bahwa beberapa faktor, salah satunya adalah reaksi penonton yang tidak antusias, yang menjadi penyebab rendahnya jumlah penonton di debut pekan pertama film tersebut. Hambatan lain, The Flash mendarat di layar lebar tanpa dorongan promosi tradisional.
Penyebabnya adalah Ezra Miller yang telah menjadi sosok kontroversial dalam beberapa tahun terakhir karena masalah hukum dan tuduhan penyerangan. Aktor, yang telah meminta maaf atas perilaku tidak menentu di masa lalu dan pergi ke perawatan untuk masalah kesehatan mental yang kompleks, membuat penampilan publik yang jarang terjadi di pemutaran perdana The Flash tetapi tidak terlibat dengan upaya publisitas lain yang sudah menjadi standar.
Selain itu, The Flash adalah film kedua dari empat film DC yang dibuka pada tahun 2023 sebelum kedatangan pemilik baru, Gunn dan Peter Safran yang membawa dunia komik ke arah yang sama sekali baru. Hanya The Flash dan Shazam! Fury of the Gods, superhero yang gagal meraup angka yang diharapkan.
Di Indonesia, mengutip Cinepoint, The Flash mengantongi 804 ribu penonton untuk menempati posisi kedua di bawah Transformers: Rise of the Beasts (895 ribu). Di bawah The Flash ada Kutukan 9 Setan dan Spider-Man: Across the Spider-Verse.