Gadis Kretek, original series Indonesia pertama Netflix dirilis pada 2 November, menjadi trending nomr 1 Netflix Indonesia dalam sekejap. Judul ini beberapa hari terakhir menjadi trending topic. Dimana-mana orang membicarakannya. Bahkan, Gadis Kretek berhasil mengalahkan drama Korea seperti Doona! dan Castaway Diva. Padahal, biasanya drama Korea sering menjadi tayangan favorit pengguna Netflix.
Apa sih, yang menarik dari serial drama Indonesia 5 episode ini, sehingga menjadi sorotan berhari-hari? Selain dari pada series ini bertabur bintang-bintang berkualitas seperti Dian Sastrowardoyo, Ario Bayu, Arya Saloka, Putri Marino, Sheila Dara, Ibnu Jamil dkk.
Gadis Kretek menggambarkan perjalanan cinta dan penemuan jati diri seorang perajin berbakat dimulai saat ia menentang tradisi industri rokok kretek di Indonesia pada tahun 1960-an. Tak hanya itu, film ini juga mengekspos peranan perempuan di masa itu, yang masih dipandang rendah, padahal memiliki intelektual dan kemampuan yang tak kalah dari kaum pria. Dasarnya, kisah yang diangkat dari novel best seller tahun 2012 karya Ratih Kumala ini memang memiliki latar belakang cerita, penokohan yang kuat. Berikut ini 4 hal seputar Gadis Kretek, dan kenapa kamu wajib menontonnya.
Novel Best Seller, Sang Penulis Terinspirasi Dari Kisah Usaha Kretek Kakek-Neneknya
Secara singkat novel ini berfokus pada kisah tentang perkembangan industri kretek di Indonesia selama periode penjajahan Belanda hingga kemerdekaan tanah air. Bukan Best Seller lagi, sejak kemunculan pertamanya di tahun 2012 silam, novel Gadis Kretek telah masuk dalam daftar sepuluh besar penghargaan Kusala Sastra Khatulitiwa.
Sang Penulis Ratih Kumala menulis kisah ini, terinspirasi dari cerita soal bisnis kretek yang dibangun kakek-neneknya dulu. Sewaktu Ratih lahir, bisnis itu sebenarnya sudah tidak ada. Tapi ceritanya tetap hidup, dikisahkan turun temurun, hingga Ratih hafal betul. Inilah yang menjadi latar belakang kuat dari kisah Gadis Kretek.
Daya Tarik dan Akting Dian Sastrowardoro yang Mumpuni
Dian Sastrowardoyo sebagai pemeran utama sudah menjadi daya tarik kuat Gadis Kretek. Dia memiliki “star power” dan aktingnya di film ini, sungguh memukau. Ia benar-benar melepas citra Dian Sastro, yang ada di layar adalah sosok perempuan Jawa Daisyah atau Jeng Yah yang berkarisma, tegas, dan smart. Tapi di sisi lain, Dian juga mampu menampilkan ekspresi penuh luka karena kisah cintanya tragis. Sehingga, penonton bisa ikut merasakan kepedihan hatinya.
Kasih Tak Sampai, Kisah yang Menghanyutkan Hati
Kisah cinta di masa klasik selalu menarik disimak. Kali ini di era 60an di Jawa Tengah, dimana di masa itu di negeri ini masih memandang kasta. Gadis Kretek tidak hanya memaparkan kekuatan perempuan dalam bisnis Kretek yang kala itu sebenarnya dianggap tidak common, perempuan berbinis, tapi juga menuturkan kisah antara dua kelas berbeda. Cinta bersemi antar Jeng Yah, putri pengusaha kretek dan buruh pabrik, Soeraja. Cinta ini ditentang, Jeng Yah dijodohkan dengan rekan bisnis keluarga. Tapi Soerahja tak pernah melupakannya, sampai di hari tua ketika ia sudah menjadi pengusaha kaya di era modern. Tentu saja formula seperti ini bikin hati hanyut.