Do You See What I See adalah film horor Indonesia 2024 yang disutradarai oleh Awi Suryadi. Film ini diangkat berdasarkan siniar Do You Se What I See Episode #64: First Love karya Mizter Popo. Setelah tayang di bioskop Mei lalu, kini Do You See What I See mengudara di Netflix di bulan September ini, dan langsung menempati posisi trending nomor 1 TOP 10 Netflix Indonesia.
Banyak yang memberikan review bagus mengenai film horor satu ini. Dengan premis yang menarik, kisah berhantu di film ini tak hanya membangun rasa penasaran tapi juga benar-benar mencekam. Apa saja fakta menarik dari Do You See What I See? Berikut 4 faktanya.
1. Berdasarkan Kisah Nyata
Jalan cerita film Do You See What I See diadaptasi dari kisah nyata pada podcast yang dibawakan oleh Mizter Popo. Adapun kisah film ini diambil dari episode 64 ‘First Love’.
Bahkan Mizter Popo turut serta menulis naskah film yang berkolaborasi dengan Lele Laila. Sehingga, penggambaran alur cerita film horor ini terasa semakin nyata.
2. Lokasi Syuting Film di Jawa Barat
Salah satu lokasi pengambilan gambar untuk film Do You See What I See ternyata ada di Jawa Barat. Beberapa kawasan di Bogor dipilih menjadi lokasi utama pengambilan gambar film horor ini.
Bersama dengan Cibubur, lokasi di Bogor dipilih karena untuk menciptakan kesan yang sesuai dengan alur cerita dari film yang penuh misteri ini. Selain itu, lokasi ini sangat tepat untuk menampilkan latar adegan-adegan seperti di kos-kosan dan kuburan.
3. Shooting Film di Kuburan
Diketahui, bahwa film Do You See What I See memerlukan proses pengambilan gambar yang berlangsung selama 22 hari. Diantara hari-hari ini terdapat adegan syuting dengan latar kuburan.
Bahkan latar di kuburan ini memakan waktu hingga 6 hari, tak hanya beberapa jam atau 1 hari saja. Salah satu adegan yang ada di latar ini menampilkan Mawar yang sedang berdoa di kuburan orang tuanya.
4. Scene Tersulit
Dikatakan sendiri oleh sang sutradara, Awi Suryadi bahwa lokasi di kuburan menjadi adegan paling sulit. Proses syuting di kuburan terbilang panjang, karena dilakukan dari jam 7 malam sampai menjelang Subuh. Para pemeran pun harus menghadapi tantangan yang cukup menguras tenaga. Mereka akan diguyur air untuk menghasilkan efek hujan, ditambah pula dengan efek tanah berlumpur.