Dulu istilahnya Teman Tapi Mesra, sekarang istilahnya Teman Rasa Pacar. Katanya sih teman, sahabat, tapi perhatiannya, intensitas kedekatannya terasa agak berlebihan. Ia selalu saja mencarimu, ingin menemuimu, hampir setiap minggu bertemu, di weekdays dan weekend pula. Setiap detil gerakmu, perubahanmu ia bisa mengetahuinya. Terkadang, dia juga mempedulikan apakah kamu sudah makan atau belum. Apa yang kamu makan. Ia mau menjadi yang terbaik yang kamu inginkan. Sedikit saja ada gores hitam di tanganmu dia akan tahu dan akan bertanya, “itu kenapa?” Belum lagi kalau si dia suka mengatakan, “I care about you”.
So sweet ya, ladies. Terlalu “sweet” sesungguhnya untuk kategori teman atau sahabat. Bagi wanita, situasi ini berbahaya, karena bukan tak mungkin para ladies bisa terbuai lalu baper. Enggak bisa disalahkan juga kalau pada akhirnya kamu baper, karena sinyal-sinyal ini beda tipis dengan perhatian-perhatian yang seorang pacar berikan.
Di satu sisi kamu mungkin senang, tapi di sisi lain pasti ada tanda tanya. Ketika hati sudah baper, rasa senang kian mengawang, maka ada tuntutan baru hadir. Rasa ingin memiliki mulai tumbuh. Tapi, pertanyaannya dia hanya menganggapmu teman atau memang sudah ada benih-benih mulai tumbuh? Jangan terlalu berekspektasi tinggi. Takutnya, nyatanya bertahun-tahun statusmu sama, “teman”, atau “sahabat”. Lama-lama lelah kan? Dari pada menanti lama ternyata hampa, cari kejelasannya sekarang juga. Apa yang harus dilakukan?
- Stay Alert! Biarkan Logika Memimpin Hati
Tetap pasang logika-mu. Hati kala terbuai, bisa kebablasan, dan akhirnya bisa meninggalkanmu dengan harapan yang semu. Kalau tak ingin kecewa berlebihan, tetaplah berlogika. Tetaplah berpikir, dan melihat banyak sisi atau hal, mengapa dia begitu perhatian, mengapa dia begini dan begitu? Ini membuatmu tetap melek, di saat hati tengah menari.
- Pahami Arti Teman dari Sudut Pandang Dia dan Dirimu Sendiri
Apa sih, makna seorang teman? Sejauh apa sih, peranan dan kapasitas seorang teman? Coba ditelaah lagi, umumnya apa saja yang dilakukan seorang teman, sampai dimana batasan-batasannya. Lalu, lihat bagaimana dia memandang seorang teman baik? Bagaimana juga dia memperlakukan teman-temannya yang lainya? Apakah sama seperti dia memperlakukanmu? Atau memang hanya kepadamu dia berlaku spesial? Pengamatan-pengamatan ini membantu logikamu berjalan. Lalu analisa lagi, apa yang membuat kita terjebak dalam friendzone? Seringkali, mereka yang terjebak dalam friendzone, memainkan peran terapis bagi temannya. Sehingga sang teman terlanjur nyaman padamu “sang terapis”, dari sekedar curhat, lama-lama ketagihan mendengarmu. Maka, jika ingin keluar dari friendzone, ubah peranmu.
- Coba Berusaha Menjauh atau Menghilang Sejenak dari Hidupnya
Ini adalah salah satu cara untuk mengetes, apakah memang ada rasa lebih di antara kalian atau memang cuma berteman, tak lebih. Untuk mengetesnya, cobalah siapkan dan kuatkan diri untuk menjauh atau menghilang sejenak, tanpa bilang-bilang. Bila dia WhatsApp coba beranikan dan kuatkan diri untuk tak menjawabnya dulu. Demikian dengan telepon. Ini salah satu cara untuk memastikan perasaannya, juga perasaanmu. Jika dalam masa tak bertemu itu, kamu dan dia merasa sama-sama kehilangan, berarti memabg waktunya kalian keluar dari zona “teman rasa pacar” ini.
- Menjelaskan Perasaanmu Kepadanya
Sudah berlogika, sudah mengetes menghilang sesaat, kini saatnya mendapatkan kepastian atau End! Daripada ribet, dan galau melulu. Tak ada salahnya, utarakan apa yang kamu rasakan. Tapi dengan lapang dada dan paham ada konsekuensi besar di depan yang harus kamu terima. Katakan, bahwa karena perhatian dan kebaikannya selama ini, kamu mungkin baper dan jatuh cinta. Kalau memang kamu salah mengartikannya, maka minta dia untuk membenarkannya. Kalau dia ternyata meemang menganggapmu tidak lebih dari teman maka kamu harus menerimanya. End it! Kalau kamu memang merasa tak bisa berteman lagi. Atau mundur sejenak dari hidupnya, ambil waktu healing, dan kalau kamu cukup dewasa, kamu bisa berteman lagi dengannya.