Indra Bekti pekan lalu tak sadarkan diri dan dilarikan ke rumah sakit Abdi Waluyo. Ia diketahui mengalami pendarahan otak. Sejak pekan lalu hingga hari ini sudah memakan biaya perawatan lumayan besar. Kabarnya, sudah hampir mencapai kisaran “Miliar”. Di akhir pekan lalu, sang istri langsung menggelar jumpa pers, mengabarkan kalau ia mengadakan penggalangan dana untuk biaya perawatan Bekti.
“Ini penyakit yang memang kritis buat Mas Bekti. Sekarang keadaannya lagi begitu”
“Aku juga sekalian mmeberitahu, kita lagi agak berat. Kayaknya kita mau buka penggalangan dana buat Mas Indra. Biayanya sudah sangat besar di hari keempat ini. Jadi aku sudah mulai broadcast-broadcast beberapa teman, yang Alhamdulilah sudah memberikan kebaikannya, yang namanya nggak mau disebutkan . Semoga yang mendengar ini juga bisa membantu Mas Bekti. Berharap ada tangan-tangan lain,” ucap Aldilla berkaca-kaca.
Bukannya jadi bersimpati, tak diduga, pernyataan Aldila ini malah menuai cibiran, kata-kata julid netizen. Tanpa pikir panjang, melontarkan kata-kata yang malah menyudutkan, seperti: kenapa nggak pakai BPJS?, Malu kali ya, artis pakai BPJS, Masa artis sekelas Indra Bdekti nggak ada asuransi?, Kenapa nggak jual aset dulu? Dimana-mana jual aset dulu bukan minta-minta.
Netizen juga langsung membanding-bandingkan dengan Denada yang anaknya pernah dirawat di Singapura karena Leukimia. Kemudian membandingkan dengan Ria Irawan yang menggunakan BPJS untuk pengobatan kankernya.
“Jual dulu aset-asetnya mbak, mobil, rumah, emas, atau lainnya. Baru bisa galan dana mbak. Masa iya, aset mbak masih utuh, udah minta-minta ke oarang?” tulis salah satu netizen.
“Mbak, mobil alphardmu dan tas mahalmu kemana mbak? Bisa djual dulu, kok,” komentar lainnya.
“Sayang ya mbak, dijual aset, karena suami yang cari duit, yang kaya?”
Mudah sekali, kebanyakan dari kita berkomentar dan menilai teman maupun orang lain. Kita lupa bahwa, kita tidak ada di sepatu mereka. Kita tidak tahu persis lho, seperti apa kondisi keuangan mereka, gimana hari-hari mereka, seperti apa kebutuhan mereka. Artis boleh kelihatan gemerlap, tapi kebanyakan tidak seindah kelihatannya juga. Kita cuma melihat permukaannya saja. Tapi kita suka menilai, menghakimiorang lain berdasarkan ukuran kita. Padahal nggak bisa disamain. Kondisi setiap orang berbeda.
Tidak semua seperti apa yang kita pikirkan, dan kita nggak bisa menilai orang lain berdasarkan ukuran atau standar kita. Kenapa istri Bekti harus mengadakan donasi? Kenapa nggak asuransi dan sebagainya? Kenapa harus dibawa ke rumah sakit Abdi Waluyo, bukan rumah sakit yang menerima BPJS?
- Kenapa dibawanya ke RS Abdi Waluyo? Karena itu yang terdekat dari tempat ia siaran. Bekti tak sadarkan diri di kamar mandi tempat ia siaran di hari itu.
- Kenapa nggak asuransi? Bekti mungkin punya asuransi, tapi tahukah, terkadang asuransi cuma meng-cover 10 persen saja.
- Emang nggak punya uang? Nggak semua artis kondisi keuangannya bagus. Tampil di televisi itu bayarannya nggak besar, demikian siaran radio. Yang besar bayarannya adalah acara off-air. Tapi nggak setiap minggu dapat off-air juga. Sementara kebutuhannya pasti tinggi.
- Tagihan di RS Abdi Waluyo sudah mencapai “Miliar”, mau dipindahkan ke rumah sakit yang BPJS, dalam kondisi saat ini sangat beresiko.
- Kenapa nggak jual aset? Jual aset seperti rumah atau mobil, nggak cepat juga. Sementara butuh uangnya cepat. Tagihan datang tiap hari.
Dari pada julid, mencibir, dan menghakimi, kenapa nggak bersimpati dengan mendoakannya saja? Kalau kita memang nggak bisa berdonasi? Atau setidaknya tunjukkan simpati. Bukannya malah mengata-ngatai orang yang lagi bingung, capek, berjuang untuk suami di rumah sakit.
Gampang emang mengomentari orang, dan kebanyakan tanpa berpikir, tanpa berempati.