Donnie Yen membagikan pandangannya setelah selama 25 tahun menjadi aktor yang berkecimpung di dunia film lewat seni bela diri. Karier yang dibangunnya bukanlah kisah sukses yang di dapat hanya dalam semalam sebagai aktor seni bela diri.
Setelah muncul di film pertamanya pada tahun 1984, Yen mengalami kegagalan, kekecewaan dan awal yang salah sebelum menjadi populer dengan penonton bioskop Hong Kong pada tahun 2005 lewat film “SPL: Sha Po Lang” (dirilis di Amerika Serikat dengan judul “Kill Zone”) dan menggapai kesuksesan sebagai bintang internasional dengan “Ip Man” pada tahun 2008.
“Sementara banyak orang bertanya-tanya siapa yang akan menjadi penerus Jackie Chan dan Jet Li, tidak pernah terpikir oleh mereka bahwa dia berada tepat di depan mata selama ini, dan namanya adalah Donnie Yen,” tulis penyelenggara Festival Film New York Asia pada tahun 2012.
Pria yang lahir dengan nama Yen Ji Dan ini mulai belajar seni bela diri dari ibunya, yang mengajar di Boston, Amerika Serikat, tempat ia dibesarkan, pada usia sembilan tahun.
“Saya memberontak. Kedua orang tua saya bekerja. Saya kurang perhatian,” ungkapnya pada tahun 1995 melalui South China Morning Post. Dia pergi ke Tiongkok untuk belajar kung fu ketika pihak berwenang menggabungkan seni bela diri ke dalam gaya wushu non-pertempuran.
Sebuah persinggahan di Hong Kong pada tahun 1984 menyebabkan pertemuan dengan koreografer terkenal Yuen Woo Ping, yang meluncurkan karir Yen di dunia film.
Sang aktor makin bersinar ketika bermain sebagai penjahat di film garapan Tsui Hark “New Dragon Gate Inn” dan “Once Upon a Time In China II” pada awal tahun 1990-an, dan akhirnya dirayu oleh studio besar Amerika Serikat Miramax pada periode 2000-an, tetapi harus menunggu sampai akhirnya “Ip Man” membuka jalan kebintangannya untuk dikenal publik secara internasional untuk kesuksesan yang pantas dia dapatkan.
Berikut berbagai kumpulan episode dalam karir Yen yang panjang dan dikutip langsung dari sang aktor, sebagaimana dilansir melalui South China Morning Post.
- Berbicara kepada Corrina Tai pada tahun 1995 tentang Bruce Lee, idola sepanjang masa Yen:
“Saya tidak akan mengecewakan Bruce Lee. Saya pikir dia adalah petarung kung fu yang hebat dengan keterampilan yang tak tertandingi. Saya juga menghormati kebijaksanaan dan pandangannya ke depan. Jika arwahnya menonton sekarang, saya tidak akan mengecewakannya.”
- Berbicara dengan Clarence Tsui tentang dirinya mempelajari kemampuan menggunakan tali:
“Saya ingat ketika guru saya Yuen Woo Ping membawa saya ke sebuah film untuk menonton syuting. Saya bertanya kepadanya mengapa semuanya begitu lambat. Mengapa mereka tidak bisa bertarung lebih cepat? Mengapa mereka tidak benar-benar memukul satu sama lain? Saya baru tahu kemudian bahwa itu tidak benar-benar seperti itu.
“Pembuatan film menggunakan bahasa lain, yang sangat berbeda dari apa yang kita ketahui sebagai seniman bela diri.”
- Saat memulai film pada tahun 1984, dan kegagalan adegan breakdance romantis dalam “Mismatched Couple”:
“Saya bertemu Yuen Woo Ping, saudara dari salah satu murid ibu saya. Dia meminta saya untuk pergi ke panggilan casting, dan saya ditawari kontrak untuk dua film. Film pertama, ‘Drunken Tai Chi’, diterima dengan baik, tetapi film kedua, ‘Mismatched Couples’, adalah bencana. Film itu hampir membahayakan karier saya di dunia film.”
- Berbicara dengan Andrew Sun tentang “Ballistic Kiss” (1998), film keduanya sebagai sutradara:
“Ballistic Kiss sebenarnya bukan film aksi, ini cara saya untuk menunjukkan kepada penonton bahwa saya bisa bergaya jika saya mau. Ada banyak konsep dan ide yang ingin saya bawa ke layar.
“Film saya komersial, dan bisnis harus didahulukan. Tapi film yang bagus juga bisa komersial. Saya menonton semua jenis film, baik Jepang, Eropa, banyak drama yang berbeda. Saya menangis ketika saya menonton film yang emosional.”
- Tentang perannya dalam film karya Tsui Hark “Seven Swords”, yang dikoreografikan oleh Lau Kar Leung, pada tahun 2005:
“Karakter saya memiliki sisi yang sangat sensual pada dirinya. Pesannya adalah, tidak peduli seberapa bagus kung fu Anda, dan seberapa baik Anda sebagai pejuang, Anda tetaplah manusia berlapis darah dan daging.”
- Tentang kesuksesan Ip Man:
“(Ip Man) memberi Donnie Yen tempat di bioskop Hong Kong. Setiap aktor yang sukses dapat membanggakan satu peran yang paling diingatnya, dan orang-orang sekarang menghubungkan Ip Man dengan saya, jadi saya rasa saya tidak melakukan pekerjaan yang terlalu buruk. Itu memungkinkan penonton untuk memahami potensi saya, dan itu sangat membantu saya untuk memperluas peran saya.
“Saya bisa saja membuat 10 film seperti ‘Ip Man’ setelah itu, tapi saya tidak melakukannya. Saya sudah mencoba untuk selektif, mencari peran yang akan menumbangkan opini penonton tentang saya.”
- Berbicara dengan John Carney pada tahun 2013 tentang nilai-nilai keluarga dalam “Ip Man”:
“Budaya Tiongkok sangat berorientasi pada keluarga, dan karakter dalam ‘Ip Man’ memiliki semua kebajikan terbaik dari seorang pria keluarga. Nilai-nilai keluarga penting, dan saya pikir itu adalah salah satu alasan utama mengapa film ini begitu sukses. Ini sama seperti dalam hidup. Ini sangat, sangat penting.”
- Tentang memakai riasan tebal untuk “The Monkey King” pada tahun 2014:
“Make-upnya sangat halus dan rumit. Bukan hanya satu (potongan lateks) seperti topeng Halloween yang bisa Anda beli. Butuh spesialis, seringkali empat orang, lima jam sehari untuk merekatkannya ke wajah saya, sepotong demi sepotong. Kadang-kadang saya harus memakai lensa kontak berwarna, dan kemudian ada gigi monyet, yang menyebabkan masalah dengan makan dan minum. Saya harus minum melalui sedotan.”
- Berbicara dengan Edmund Lee tentang film yang dia suka buat:
“Bertarung jelas merupakan setelan terkuatku. Saya telah membuat film aksi selama lebih dari 30 tahun. Saya telah membuat banyak film dengan latar belakang berbeda dalam gaya aksi yang sangat beragam, tetapi, pada akhirnya, film aksi kontemporer tetap menjadi favorit saya.”
- Saat memainkan penjahat kehidupan nyata, Si Cacat Ho di “Chasing the Dragon”:
“Saya memiliki visi sendiri dalam memilih karakter. Semoga membawa energi positif. Saya seorang pria keluarga. ‘Ip Man’ adalah contoh yang baik. Saya tidak keberatan bermain antagonis, saya melakukannya di ‘New Dragon Gate Inn’ dan ‘Once Upon a Time in China II’, tetapi itu adalah film berlatar sejarah. Dalam film seni bela diri, Anda bisa terbang berkeliling dan menumbangkan (keteraturan alam).
“Tetapi untuk berperan sebagai orang yang nyata, selalu ada kemungkinan anak-anak saya akan ditanya oleh teman sekelas mereka, ‘Mengapa ayahmu memainkan karakter seperti itu?’ Lagi pula, saya punya begitu banyak penggemar muda dari ‘Star Wars’ .
“Saya berpikir lama dan akhirnya memutuskan bahwa, sebagai seorang aktor, jika Anda tidak memiliki hasrat yang kuat (untuk akting), Anda tidak akan bertahan lama dalam bisnis ini. Anda harus terus berusaha untuk berkembang.”