Dalam beberapa hal, sekuel baru dari franchise “Fantastic Beasts” adalah tentang variasi dalam sebuah hubungan.
Di permukaan, film terbaru “Fantastic Beasts: The Secrets of Dumbledore” mengangkat tentang hubungan antara Albus Dumbledore dan Gellert Grindelwald, tetapi ketika kamu memiliki setidaknya tiga aktor yang telah berperan sebagai penyihir bijak dari waralaba film “Harry Potter”, dan seorang aktor baru yang memerankan Gellert Grindelwald di sekuel ini, film ini juga tentang membangun hubungan baru yang akrab dan asing pada saat yang bersamaan.
Bagi aktor Inggris Jude Law, memerankan tokoh Dumbledore untuk ketiga kalinya mungkin tidak asing bagi penonton, tetapi dia juga sangat sadar bahwa dia pun merupakan aktor ketiga yang mengambil karakter yang dicintai penggemar, meskipun menjadi versi sang penyihir yang lebih muda. Karakter tersebut sebelumnya diperankan oleh Michael Gambon dan Richard Harris dalam serial film “Harry Potter”.
Dapat dimengerti, ini adalah pendekatan yang berbeda terhadap karakter yang, tidak seperti hari-harinya di “Harry Potter”, belum menjadi salah satu penyihir yang dihormati dan disegani di dunia sihir. Faktanya, Dumbledore yang kita lihat di sini sengaja dibuat berantakan dan cacat.
“Ini lebih merupakan proses kemunduran. Daripada merasakan beban penampilan brilian yang dibawakan oleh Michael Gambon dan Richard Harris, saya harus benar-benar kembali dan memahami bahwa dia bukanlah Dumbledore yang sepenuhnya terbentuk dari buku dan film Harry Potter,” jelas Law dalam konferensi pers sebagaimana dikutip melalui Asia One.
“Dia adalah seorang pria yang masih menemukan jalannya, masih menghadapi dan menyelesaikan iblis dalam dirinya dan itulah yang saya maksud dengan regresi. Saya kira dalam film ini, khususnya, dia menghadapi masa lalu. Dia menghadapi dirinya sendiri dan rasa bersalahnya sendiri.”
Mendalami peran Dumbledore bisa dibilang, cukup mudah bagi aktor yang merasa telah mempersiapkan peran itu untuk waktu yang sangat lama. Namun, dalam penggambaran karakternya, ada satu hal yang harus dijaga Law, yaitu kenakalannya.
“Bisa dibilang ini rasanya seperti tidak punya otak, ‘Apakah Anda ingin bermain sebagai Albus Dumbledore?’ – Ya, saya mau. Saya merasa seperti saya telah mempersiapkannya secara tidak sadar, dari saat saya mulai membaca buku untuk anak-anak saya. Dan astaga, ada begitu banyak karakter untuk digali dan diselidiki sebagai aktor, dan itu bahkan sebelum Anda masuk ke dunia sihir yang luar biasa ini,” lanjut Law.
“Tetapi jika ada kualitas yang menghubungkannya, saya akan mengatakan kalau itu adalah kenakalannya, humornya, dan kepercayaannya pada orang-orang. Dia melihat dari sisi yang positif. Pikirkan bagaimana Dumbledore percaya pada Draco, dia bahkan percaya pada Tom Riddle. Dia melihat bagian yang baik, atau potensi bagus, dan saya pikir itu adalah sesuatu yang selalu dia miliki.”
“Kebaikan potensial” yang dimaksud di sini tidak lain adalah Gellert Grindelwald. Sebelumnya peran ini dimainkan oleh Johnny Depp, namun sekarang peran sebagai penyihir jahat Grindelwald dimainkan oleh aktor Denmark Mads Mikkelsen setelah Depp dikeluarkan dari film tersebut.
Meski menakutkan, Mikkelsen tidak menganggap Grindelwald sebagai penjahat. Setidaknya, bukan dari awal. Mikkelsen bergabung dengan para pemeran yang sudah ada sebelumnya sebagai karakter lama rasa baru sehingga rahasia untuk mewujudkan Grindelwald dalam esensinya yang paling jujur (yaitu jahat, kompleks dan menawan), adalah dengan membangun karakter melalui berbagai hubungan yang dia miliki bersama setiap tokoh, terutama Albus Dumbledore.
“Saya dilemparkan ke dalamnya sedikit lebih lambat dari anggota geng lainnya. Mereka telah membuat dua film dan mereka berada setengah jalan ketika saya bergabung dengan pesta. Ini seperti kunjungan keluarga dan Anda hanya berharap mereka akan mengadopsi Anda, dan mereka melakukannya. Perjalanan saya cukup cepat, tetapi saya langsung merasa seperti di rumah sendiri,” ungkap Mikkelsen.
“Jude dan saya, kami memiliki beberapa percakapan tentang seperti apa hubungan tersebut sehingga karakter saya terbentuk dari dunia itu. Tidak ada seorang pun dalam sejarah yang memulai dengan mengatakan, ‘Kamu tahu, saya akan menjadi orang jahat, kan?’, jadi kita harus mencari tahu apa misinya, apa tujuannya? Mengapa dia mencoba membuat dunia menjadi tempat yang lebih baik? Dan dengan cara itu?” tambah Mikelsen.
“Jadi saya pikir mereka mulai memiliki kesamaan dan tujuan bersama sebagai orang dewasa muda atau anak-anak dalam tubuh yang lebih besar, dan kemudian menjadi kabur. Cara mencapai tujuan itu berbeda dari yang mereka bayangkan.”
Dalam “The Secrets of Dumbledore”, Grindelwald melanjutkan ambisinya untuk menjadi pemimpin dunia sihir. Tanpa perlu perebutan kekuasaan, Grindelwald malah memfokuskan semua yang dia bisa untuk mempertahankan pengikut setianya dan pengikut barunya, seperti yang dia lakukan dengan Queenie Goldstein (Alison Sudol) di film sebelumnya, “Fantastic Beasts: The Crimes of Grindelwald”.
“Fantastic Beasts: The Secrets of Dumbledore” tayang perdana Kamis, 14 April 2022. Kamu bisa simak trailernya di bawah ini!