Drama Korea “King the Land” menerima banyak ulasan negatif hingga menenggelamkan rating serial JTBC tersebut di berbagai platform informasi dan review film dan drama. Penyebabnya adalah kontroversi penggambaran pangeran Arab yang dianggap “bermasalah” dalam episode terbarunya.
Dalam “King the Land” episode 7 dan episode 8, seorang pangeran Arab bernama Pangeran Samir (Anupam Tripathi) muncul, dan menjalin hubungan persaingan dengan pemeran utama pria Goo Won (Lee Junho). Pangeran Samir secara aktif dan terbuka mengejar pemeran utama wanita Cheon Sa Rang (YoonA).
Namun, pemirsa segera mengklaim bahwa penggambaran pangeran Arab dalam serial yang juga tayang di Netflix itu menjadi masalah dan menyebabkan “distorsi budaya” karena dia ditampilkan dengan dikelilingi oleh wanita dan minum di sebuah klub.
Menurut pemirsa Arab, tidak dapat diterima jika karakter Muslim ditampilkan sedang minum alkohol, karena tindakan ini bertentangan dengan agama mereka. Ditambah lagi karakter tersebut diperankan oleh orang India.
Netizen pun membagikan uneg-uneg mereka secara online, memborbardir Instagram JTBC agar meminta maaf.
Pihak JTBC akhirnya mengeluarkan klarifikasi terkait masalah tersebut pada Senin (10/7) melalui MK Sports dengan mengatakan, “Karakter, daerah, dan nama tempat yang muncul dalam drama adalah setting virtual/fiksi. Adegan tersebut tidak menggambarkannya sebagai seorang pangeran dari negara tertentu.”
Pemirsa tentunya tidak puas karena tidak ada permintaan maaf secera resmi. Mereka pun memberikan ulasan negatif hingga menenggelamkan rating “King the Land” di berbagai platform informasi dan review film dan drama, seperti IMDb dan Rotten Tomatoes.
Setelah mendapat kritikan dan kecaman dari netizen, pihak JTBC akhirnya resmi mengeluarkan permintaan maaf yang diunggah di akun Instagram mereka pada Rabu (12/7). Berikut isi pernyataan permintaan maaf JTBC:
Sebuah permintaan maaf dari perusahaan produksi King the Land
“Kami ingin menyampaikan permintaan maaf kami yang dalam dan tulus karena menyebabkan ketidaknyamanan yang tidak perlu bagi pemirsa semua tanpa pertimbangan penuh terhadap budaya lain yang berharga meskipun kami tidak berniat membuat karikatur atau mendistorsi negara atau budaya tertentu dalam prosesnya.
Kami sangat menyadari bahwa ada kurangnya pemahaman, pengalaman, dan pertimbangan terhadap budaya lain. Kami akan melakukan yang terbaik ke depannya untuk membuat konten yang dapat dinikmati oleh siapa saja tanpa memandang dari mana asalnya dan budaya apa yang mereka miliki. Kami akan memeriksa secara menyeluruh bagian video yang dianggap bermasalah, dan melakukan yang terbaik untuk memastikan bahwa tindakan yang tepat telah diambil.
Kami dengan sungguh-sungguh berjanji kepada pemirsa kami bahwa lebih banyak perhatian akan dilakukan sehingga tidak akan ada ketidaknyamanan dalam melihat konten kami.”