“Buat seorang wanita, saat itu jujur, menyerah adalah satu opsi. Tapi, kemudian, Tuhan mengintervensi hidup saya. Di saat hampir semua orang bilang, karier saya selesai, suara Tuhan berkata; ‘kamu harus lanjutkan, karena kamu belum selesai.’
“I wanna be… A world champion. Badminton Athlete,” ini ucapan Greysia Polii yang dicetuskan 8 tahun lalu. Kata-kata ini juga dibawanya, ketika ia muncul di salah satu video klip lagu Agnez Mo, “Make it Happen”. How to make it happen? Apa impian kita dan bagaimana kita mewujudkan impian itu? Kalau hari ini, Greysia Polii berhasil meuwujudkan impiannya, berdiri sebagai peraih medali emas Olimpiade Tokyo 2020 untuk ganda putri Bulutangkis, percayalah bukan perjalanan yang mudah. Bahkan, ia sudah dianggap banyak orang, teman, keluarga, akan berakhir kariernya.
Dalam sebuah kesaksiannya bersama JPCC (Jakarta Praise Community Church), Greys—demikian panggilan akrabnya, berbagi pengalaman tentang lika-liku perjalanannya sebagai seorang atlet bulu tangkis. “Waktu saya masuk platnas tahun 2003, banyak orang dan pembina yang bilang bahwa saya adalah salah satu harapan untuk bisa memajukan Bulutangkis Indonesia, khususnya di ganda putri,” kenang Greys.
Ya, ini juga harapannya, ini mimpinya. Tetapi dalam perjalanannya, Greys jatuh bangun. Ia sendiri merasakan bagaimana banyak rintangan yang dilalui. “Waktu saya menjalaninya, tahun 2007, 2009, dan 2011 saya cidera. Dan puncaknya tahun 2012. Sebagai seorang atlet, saat itu saya ingin ikut berpartisipasi dalam olimpiade, tapi saya didiskualifikasi dari olimpiade,” ucap Greys, dalam kesaksian di kanal YouTube JPCC.
Didiskualifikasi dalam Olimpiade 2012, membuat hatinya hancur! Seolah semua mimpi dan keyakinannya perlahan runtuh di depan mata. Belum lagi ditambah stigma orang tentang perjalanan kariernya. “Banyak orangn bilang, buat apa investasi banyak-banyak pada saya, pada akhirnya tidak menghasilkan apa-apa,” Greys menuturkan.
Keyakinan orang kalau Greys harapan baru Bulutangkis Indonesia pun meluntur. “Sedikit orang yang masih percaya dengan talenta saya di bulutangkis. Itu termasuk teman-teman saya sendiri, orang-orang yang saya kenal di gereja, dan bahkan keluarga.” Masuk akal, karena usia Greys sudah tidak muda lagi. Sudah menginjak 30. Apa lagi yang diharap? Ini yang terlihat secara kasat mata.
“Buat seorang wanita, saat itu jujur, menyerah adalah satu opsi. Tapi, kemudian, Tuhan mengintervensi hidup saya. Di saat hampir semua orang bilang, karier saya selesai, suara Tuhan berkata; ‘kamu harus lanjutkan, karena kamu belum selesai.’” Tutur Greys.
Dorongan dari Tuhan-lah, yang membuat Greys mau bangkit dan maju berjuang sekali lagi. “Saya mendengar sedikit suara positif, diantara semua mayoritas yang bilang pada waktu itu, ‘kamu selesai.’” Untung, Greys mau mendengar bisikan hati yang samar-samar itu. Semua orang boleh bilang kamu gagal. Kamu selesai. Tetapi ketika yang punya kuasa, berkata kamu belum selesai, maka perjuanganmu belum selesai, dan di ujung jalan sana, menanti sebuah prestasi. Greys bersyukur mendengar suara Tuhan. “Definis keberhasilan buat saya kini, bisa bersinar buat orang lain. Bukan buat diri saya sendiri. Saya percaya, Tuhan ciptakan saya untuk bisa jadi berkat untuk banyak orang,” pungkas Greys. Jadi, jangan menyerah! Gagal bukanlah akhir dari segalanya.