Mayoritas anak muda di Indonesia pasti ingin segera mencapai kesuksesan. “Mumpung masih muda,” kata mereka. Namun, perjalanan yang harus ditempuh tentu tidak mudah. Dan proses setiap orang akan berbeda. Tidak semua kesuksesan diraih dengan cepat Tidak bisa semua dicapai dengan instan. Akan banyak rintangan yang harus dihadapi untuk menggapainya. Pada sesi ini, Najwa menceritakan suka dukanya sebagai seorang jurnalis, serta membagikan tantangan terbesar yang pernah ia hadapi selama ini. Ia juga memberikan tips seputar karier untuk para perempuan muda yang masih mengejar mimpi mereka.
1. Bukan so what, tapi now what?
Siapa sangka bahwa rating Mata Najwa, sebuah TV program yang membawa nama pribadi Najwa, pernah mendapat rapor merah? Najwa mengaku bahwa dirinya sempat berencana untuk tak melangsungkan program tersebut setelah episode ke-13. “Bagaimana tidak? Tak hanya rating yang mendapat rapor merah, tapi juga angka penonton, sponsor. Begitu juga ketika membangun Narasi. Ketika meluncurkan suatu produk atau konten tertentu, respon dari audiens belum tentu baik juga. Padahal, sudah investasi waktu, emosi, tenaga, pikiran, uang. Kegagalan pada sebuah proses rasanya sudah biasa,” ceritanya.
Namun, pada kegagalan itulah, proses reflektif terjadi. “Bukan so what, tapi now what? Nah, ini terdengar ideal sekali, ya, terkesan mudah untuk dilakukan. Kenyataannya, ini sulit sekali. Saya pun mengakui itu. Kegagalan itu bisa memberi banyak dampak, seperti kekecewaan, bahkan rasa kurang percaya diri. Itulah mengapa, adalah penting untuk memiliki kematangan emosional, kemudian mengelilingi diri kita sendiri dengan orang-orang yang positif, yang bisa jadi cheerleaders kita,” ia berpesan.
2. Kemampuan untuk bangkit itu harus diupayakan
Bangkit dari kegagalan, bagi Najwa, juga memerlukan effort, termasuk effort untuk mencari dukungan dan mengumpulkan niat untuk kembali mencoba. “Kemampuan untuk bangkit itu tak serta-merta datang, itu pun harus diupayakan oleh diri kita sendiri,” tegas Najwa. Internet dan media sosial, misalnya, adalah salah satu sumber yang bisa kita akses untuk mencari inspirasi dan semangat.
Namun, di sisi lain, internet dan media sosial pun dapat menjadi portal yang membunuh kepercayaan diri kita. “Foto yang kita lihat di media sosial itu, ‘kan, sudah pilihan terbaik dari yang punya foto, ya. Atau mungkin kita juga down karena cyber bullying. Kalau di dunia nyata, tidak mungkin kita komentar ke orang, ‘Baju lo murah, ya? Alis lo jelek!’ Beda dengan media sosial. Seolah siapa saja boleh mengomentari. Code of conduct-nya harus sama, dong!” terang Najwa.
3. Tips ala Najwa untuk hadapi rasa takut
Siapa yang takut gagal? Atau takut salah? Jangan khawatir, semua orang pasti punya rasa takut gagal. Nelson Mandela saja berkata, “I learned that courage was not the absence of fear, but the triumph over it.” Setuju pada kutipan ini, Najwa pun membagikan tipsnya selama ini ketika ketakutan akan kegagalan sedang ia alami. “Pertama, buat ketakutan akan kegagalan ini sebagai sesuatu yang dapat mendorong kita untuk mempersiapkan dan memantapkan hal tersebut secara lebih serius. Ketika jadi presenter, ada ketakutan kalau salah ngomong, tidak lancar. Makanya, saya akan berulang-ulang kali latihan ngomong di depan kaca,” ujarnya.
Kedua, Najwa mengungkapkan, “Memangnya kalau salah, kenapa?” Ia berpesan, jangan dikira bahwa orang lain hanya fokus pada kesalahan kita. Mereka sudah terlalu fokus pada kesalahan mereka masing-masing dan lupa akan apa yang telah menjadi kesalahan kita. Ketiga, jadilah individu yang memperhatikan detail. Najwa menambahkan, “Maksudnya, setiap selesai present sesuatu, saya akan selalu melakukan evaluasi. Dengan ini, kita bisa melihat perkembangan kita dari waktu ke waktu. Improvement inilah yang dapat membangkitkan confidence kita.”