Untuk siapapun yang berencana trip ke Pulau Komodo atau manapun di Indonesia, please be a responsible tourist! Jangan membuang sampah sembarang, membuang puntung rokok sembarang dan yang utama jangan demi alasan pribadi apapun melakukan tindakan yang sampai merusak alam!
Bagi yang belum update di bulan Agustus 2018 silam, lahan Gili Lawa terbakar sebanyak 10 hektar. Mungkin ada beberapa orang yang akan berkata no big deal, rumputnya akan tumbuh lagi. Plis guys! Are you really going to let that careless & negligent attitude grow on you..?
Kalau kalian belum bisa menjadi turis yang bertanggung jawab menjaga alam, please just stay at home. Saran ini harap dipahami dengan otak dingin dan tanpa emosi ya netizen yang budiman.
Yeayyy!!
Setelah menunggu waktu yang tepat dan biaya yang mencukupi untuk trip yang satu ini, akhirnya di bulan September waktu yang ditunggu-tunggu itu datang!
Sedikit intermezzo, kata Mbah Google, Pulau Komodo adalah sebuah pulau yang terletak di Kepulauan Nusa Tenggara. Pulau Komodo merupakan ujung paling barat Provinsi Nusa Tenggara Timur, berbatasan dengan Provinsi Nusa Tenggara Barat. Di Pulau Komodo, hewan komodo hidup dan berkembang biak dengan baik. Hingga Agustus 2009, di pulau ini terdapat sekitar 1300 ekor komodo. Ditambah dengan pulau lain, seperti Pulau Rinca dan dan Gili Motang, jumlah mereka keseluruhan mencapai sekitar 2500 ekor. Ada pula sekitar 100 ekor komodo di Cagar Alam Wae Wuul di daratan Pulau Flores tapi tidak termasuk wilayah Taman Nasional Komodo. Satwa ini menjadi terkenal di dunia ilmu pengetahuan sejak tahun 1911 ketika Peter Ouwens, seorang kurator pada Museum Zoologi Bogor, menerima laporan tentang penemuan satwa ini dari Perwira Pemerintah Hindia Belanda J.K.H. Van Steyn, yang selanjutnya diberi nama Varanus komodensis Ouwens pada tahun 1912 pada tulisan Pieter Antonie Ouwens yang berjudul “On a Large Species from The Island of Komodo”. Dari penemuan ini muncul kesadaran dari berbagai pihak untuk menjaga kelestarian satwa tersebut sehingga banyak SK yang keluar mengaris bawahi hal ini
Tahun 2009, Taman Nasional Komodo dinobatkan menjadi finalis “New Seven Wonders of Nature” yang baru diumumkan pada tahun 2010 melalui voting secara online. New 7 Wonders telah mengumumkan pemenang sementara, dimana Taman Nasional Komodo masuk kedalam jajaran pemenang tersebut bersama dengan Hutan Amazon, Teluk Halong, Air Terjun Iguazu, Pulau Jeju, Sungai Bawah Tanah Puerto Princesa, dan Table Mountain.
Wow, sayang banget kalau gak mampir ngetrip ke Pulau yang terkenal mendunia ini. Orang-orang bule aja rela menempuh perjalanan jauh buat liat Om Komo, apalagi kita yang tinggal di Jakarta! Hanya selisih kisaran tiga jam-an plus gak perlu passport apalagi visa buat mengunjunginya. Sebagai informasi tambahan, ada bulan-bulan tertentu dimana kondisi cuaca dan perairan kurang bersahabat untuk melaut yaitu antara bulan Januari-Maret. Pada saat itu biasanya musim hujan masih berlangsung dan kurang mendukung untuk aktivitas pelayaran.
Maskapai yang melayani rute Jakarta-Labuan Bajo bervariasi tergantung kota kamu berangkat dengan tarif yang berbeda pula. Kamu bisa ambil penerbangan langsung atau melakukan transit dengan maskapai lain. Contoh alternatif yang paling umum adalah Jakarta-Denpasar lanjut Denpasar-Labuan Bajo. Di trip kali ini Saya memilih dua kali flight dengan maskapai yang satu grup, Sriwijaya-NAM Air. Selain untuk menghindari telat mengejar penerbangan berikutnya, juga karena tidak perlu bolak balik angkat bagasi AKA pemalas ! Kalau memakai maskapai satu grup, maka bagasi akan langsung dikirim sampai tujuan akhir walaupun kita transit. Trip kali ini merupakan perjalanan pesawat terpanjang karena mengalami delay yang cukup lama di Denpasar. Untungnya bandara Ngurah Rai sudah mirip mall ya sis, jadi bisa cuci mata, belanja-belanja dan isi perut dulu kala menunggu waktu. Nah, gimana mau fokus sama budget kan kalau gini.
Untuk operator Live on Board (LOB) sendiri jumlahnya banyaaaak sekali bertebaran di instagram dan banyak website lainnya. Kita tinggal pilih, booking dan bayar DP beres deh ?Kalau kamu mendarat di Labuan Bajo tanpa rencana pun, disepanjang jalan menuju pelabuhan banyak tersebar kantor operator kapal yang bisa kamu pilih dan nego sendiri. Ngomong-ngomong sedikit soal Labuan Bajo, kotanya dipagi hari sudah bisa dibilang tergolong ramai. Banyak hotel dan hostel berjejer, cafe-cafe kecil yang menghadap pelabuhan, mini market, toko kelontong, toko kecil yang menjual merchandise sampai ATM Mandiri dan BNI. Semoga di dua tiga tahun kedepan pembangunan sudah lebih maju lagi, termasuk sinyal telepon dari operator lain selain sih merah yaa. Oia tambahan info, begitu mendarat di Bandara Komodo dan bagasi sudah ketemu, kamu tinggal keluar pintu sebelah kiri dan disitu ada booth yang menjual kartu perdana Tsel. Tentunya harga disana jauh lebih mahal daripada kalau beli di kota masing-masing ya. Di hari terakhir saya di Labuan Bajo, sinyal tsel bener-bener hilang dari permukaan bumi sampai seharian loh. Padahal waktu saya berlayar di tengah laut, sinyal 4G aja masih ketangkep. Giliran di kota langsung hilang gini, duh bener-bener bikin manyun ?
Anyways back to the topic. Inti dari LOB adalah tinggal dikapal selama beberapa hari, minimal adalah 3 hari 2 malam. Di LOB kita bakalan tidur, mandi, buang air, beres-beres, ngobrol, shalat, di atas kapal, Yes, di atas laut yang bergelombang dan bergoyang-goyang sesuai kekuatan angin. Jenis kapal yang digunakan LOB itu juga sangat beragam ada yang harganya murah, menengah sampai mahalnya selangit. Ada harga ada fasilitas, so choose your operator wisely…
Di LOB kali ini akhirnya Saya memilih untuk ikut open trip. Kenapa? karena metode sewa kapal pribadi bener-bener harus merogoh kocek dalam-dalam, gak sanggup deh ?*langsung coret dari list. Di open trip ini saya bergabung dengan sembilan peserta lainnya, alias patungan sewa kapal (sharing cost), Seru kan!
Bagi yang bertanya-tanya enakan LOB atau metode berlayar lain yaitu sewa kapal harian sih? menurut pendapat subyektif, plusnya buat yang gak kuat LOB ini bisa menjadi alternatif. Di sisi lain minusnya sewa kapal harian itu biasanya jatuhnya lebih mahal apalagi kalau kita sendirian. Beruntung kalau bisa menemukan one day open trip bersama peserta lain.
Fyi, jarak antara pelabuhan Labuan Bajo ke pulau-pulau di taman nasional Komodo kalau PP lumayan jauh. Jadilah waktu akan terbuang banyak di jalan. Kemudian untuk one day trip biasanya disetiap tempat wisata akan dikenakan biaya lagi sementara di LoB sudah termasuk semua. Sekali lagi ini sih pendapat pribadi yang sangat subjektif ya guys…
Kapal yang digunakan waktu Saya LOB kali ini tidak terlalu besar dan mewah tapi bukan juga yang berukuran terlalu kecil. Di bagian depan adalah dek untuk duduk-duduk dan sekaligus tempat untuk makan. Ada tiga kamar peserta dengan komposisi empat-empat-dua, satu kamar mandi dan toilet. Kemudian ada satu kamar mandi ABK, satu kamar ABK dan satu kamar kapten kapal di dek atas. Kapal ini juga dilengkapi dengan AC yang baru dinyalakan ketika menjelang tidur.
Biaya yang dikeluarkan untuk tripnya adalah untuk empat hari tiga malam. Harga ini termasuk menginap satu malam di salah satu hostel di Labuan Bajo dan makan malam menu seafood di Kampung Ujung pada hari pertama sebelum keesokannya mulai LoB (check @maratuadventure di instagram untuk lebih detailnya yah)
Kakak , Detail biaya perjalanan nya donk … sekalian kasih tips2 untuk mencari travel agen yang bagus
Iya Octi terima kasih