Saat memikirkan musik Korea, salah satu hal pertama yang terlintas dalam pikiran mungkin adalah K-pop. Tidak mengherankan, mengingat K-pop bisa dibilang salah satu ekspansi budaya Korea Selatan yang paling berpengaruh di dunia. Namun di luar musik K-pop dengan dentuman musik trendi yang di bawakan idola K-pop ternama, ada sisi lain dari musik Korea Selatan yang belum terjamah luas yaitu musik indie Korea. Walaupun lagu-lagu trending K-pop yang diproduksi secara komersil adalah jenis lagu yang saat ini disukai hampir seluruh khalayak, tidak ada salahnya untuk memperhatikan musik Indie yang menenangkan hati dan membawa kenangan masa lalu lewat gaya old school-nya.
Dikembangkan pada 1990-an, Hongdae dikenal sebagai episentrum dunia musik indie Korea Selatan. Setelah berakhirnya rezim militer pada tahun 1987, gelombang pertama musik indie Korea Selatan memperkenalkan artis-artis muda yang datang ke Hongdae untuk mengembangkan komunitas punk dan rock mereka sendiri. Sekarang, dunia musik indie di Korea Selatan telah mengambil suara akustik yang lebih lembut (berbeda dengan asalnya). Dalam beberapa tahun terakhir, kelompok dan musisi indie yang lebih muda juga mulai memasukkan lirik bahasa Inggris ke dalam musik mereka.
Berikut rekomendasi 7 musisi indie asal Korea Selatan yang bisa menjadi pertimbangan kamu saat menentukan playlist lagu favorit. Siapa tahu kamu bakal jatuh cinta saat mendengar alunan musik dan suara mereka yang membumi.
Jannabi
Jannabi, yang berarti monyet dalam bahasa Korea, adalah nama yang dipilih untuk band ini mengingat semua anggota awalnya lahir di tahun monyet. Dibentuk pada tahun 2012 dengan tiga anggota, Choi Jung Hoon, Kim Do Hyung, dan Yoo Young Hyun, band ini kemudian berkembang menjadi lima anggota dengan penambahan Jang Kyung Joon dan Yoon Kyul. Kemudian pada tahun 2019, menjadi empat setelah kepergian Young Hyun. Kontrak Yoon Kyul berakhir pada 2021 dan tidak diperpanjang setelah kontroversi pribadi, mengembalikan jumlah anggota ke kondisi awal.
Dengan lebih dari 80 pertunjukan busking, band rock indie Korea Selatan ini merilis album pertama mereka dengan Rocket. Seperti yang telah disebutkan dalam beberapa wawancara, mereka mengambil inspirasi dari musisi favorit mereka seperti Queen, Simon & Garfunkel, dan The Beatles, yang semuanya dapat kamu dengar di lagu-lagu awal mereka jika memperhatikan dengan seksama.
Lagu-lagu Jannabi sendiri telah mendapatkan pengakuan dengan beberapa penghargaan yang mereka dapatkan seperti Daesang (hadiah utama) Song of the Year dan Digital Song Bonsang untuk Lagu For Lovers Who Hesitate di ajang Korean Music Awards dan Golden Disc Awards 2020. Sedangkan terakhir, Jannabi baru saja meraih anugerah Best Band Performance dari ajang MAMA 2021.
The Black Skirts
Jo Hyu Il adalah musisi rock indie yang dibesarkan di New Jersey setelah pindah ke Amerika Serikat di masa remajanya. Selera musiknya diambil dari apa yang dipelajarinya lewat media musik Amerika seperti MTV dan Rolling Stone. Akan tetapi yang paling berpengaruh pada gaya penulisan liriknya adalah album Jagged Little Pill karya Alanis Morisette, sebuah penyimpangan dari suara pop dansa standar ke wilayah rock alternatif.
The Black Skirts memperluas pendengarnya setelah lagu My Everything yang dirilis pada tahun 2016 menjadi viral di aplikasi media sosial TikTok
10CM
10CM mengawali karier musiknya sebagai duo dan dengan cepat menjadi salah satu band indie paling populer di Korea Selatan setelah merilis single Americano. Yoon Cheol Jong meninggalkan grup pada tahun 2017, tetapi pertunjukan harus terus berlanjut dengan Kwon Jung Yeol dan suara folk akustik mereka.
Nama 10CM mengacu pada perbedaan tinggi antara kedua anggota, dan terlepas dari kenyataan bahwa 10CM sekarang merupakan artis solo, Jung Yeol terus menciptakan lagu-lagu populer yang mungkin pernah kamu dengar, seperti My Eyes (OST Goblin) dan Lean On Me (OST Hotel Del Luna) dan terakhir kamu bisa menikmati musik lembut 10CM lewat Drawer yang mengiringi drama Our Beloved Summer.
Hyukoh
Mungkin salah satu nama yang paling terkenal dalam daftar, Hyukoh mendapatkan popularitasnya setelah berpartisipasi dalam program variety Korea Infinite Challenge dan tampil bersama IU. Oh Hyuk, pemimpin, penyanyi, dan gitaris, dibesarkan di Cina utara selama dua puluh tahun pertama hidupnya dan pindah ke Korea Selatan seorang diri setelah menyelesaikan sekolah menengah untuk mengejar musik.
Dibesarkan di luar negeri, musiknya mengambil inspirasi budaya dari masa kecilnya dengan campuran lirik Korea, Mandarin, dan Inggris. Band dengan anggota satu orang ini kemudian berkembang menjadi empat orang dengan bassis Im Dong Geon, gitaris Lim Hyun Jae, dan drummer Lee In Woo.
Car, The Garden
Setelah melakukan debut dengan nama Mayson the Soul, Cha Jung Won mengganti nama panggungnya setelah pindah agensi. Nama barunya, lucunya, berasal dari Oh Hyuk dari Hyukoh yang menyarankan perubahan itu. Nama tersebut merupakan terjemahan bahasa Inggris langsung dari nama Korea-nya. Cha, artinya mobil, dan jungwon artinya taman, secara harfiah menjadi Car, The Garden.
Car, The Garden sendiri makin dikenal setelah keberhasilan drama Hometown Cha-Cha-Cha dan lagu Romantic Sunday sukses meninggalkan kenangan menyegarkan dan mendebarkan hati di pikiran para penikmat drakor dengan musik dan liriknya yang indah.
Standing Egg
Terdiri dari tiga anggota (disebut Egg1, Egg2 dan Egg3), yang terdiri dari dua komposer dan satu penulis di belakang band indie ini. Beberapa orang mengatakan bahwa misteri itu adalah bagian dari akting, mengingat mereka tidak pernah menunjukkan wajah. Karena mereka tidak memiliki vokalis atau musisi sebagai wajah band, artis indie tamu seperti Clover, Windy, Han Gyul, dan Hana ditampilkan untuk lagu dan penampilan mereka.
Oohyo
Dengan lagu-lagu yang dia tulis di tahun-tahun sekolah menengahnya, Oohyo memulai debutnya dengan EP pertamanya, Girl Sense, di mana lima dari delapan lagu dalam bahasa Inggris. Ketika dia memulai debutnya, dia menyebutkan, “Saya pikir menulis musik seperti mengambil gambar, baik cara menangkap perasaan dan pikiran suatu momen. Saya menulis lagu-lagu untuk album ini untuk menyatukan gambaran dan monolog dari akhir masa remaja saya dan awal dua puluhan, yang terkadang menggetarkan saya, terkadang membuat saya melankolis, terkadang membuat saya tidak yakin atau tidak menyadari perasaan saya sendiri.”
Rasa sentimental ini terbawa di album-album selanjutnya bahkan saat dia terus menarik perhatian internasional sebagai musisi synthetizer-pop yang sedang naik daun.