Serial drama JTBC Snowdrop mendapat kecaman karena dugaan distorsi sejarah setelah hanya menayangkan dua episode.
Kisah Snowdrop berpusat di sekitar romansa antara seorang mata-mata Korea Utara dan seorang mahasiswi Korea Selatan selama pemilihan presiden di tahun 1987.
Sebuah petisi online diposting ke situs web Blue House (kantor kepresidenan Korea Selatan) pada hari Minggu (19/12) menuntut penghentian penayangan drama tersebut.
“Pihak tim produksi sebelumnya menghadapi kontroversi setelah merilis sinopsis (drama) dan deskripsi karakter. Dikatakan bahwa drama tersebut tidak berpusat pada gerakan pro-demokrasi dan tidak ada referensi tentang karakter utama yang berpartisipasi dalam gerakan demokratisasi. Namun, pemeran utama wanita menyelamatkan nyawa seorang mata-mata Korea Utara setelah salah mengira dia sebagai aktivis gerakan pro-demokrasi di episode pertama,” bunyi petisi tersebut.
“Banyak aktivis disiksa dan meninggal setelah dituduh sebagai mata-mata Korea Utara. Saya percaya bahwa isi drama itu mencemarkan nama baik, nilai dan reputasi gerakan demokratisasi.”
Petisi tersebut telah mengumpulkan lebih dari 200.000 tanda tangan pada hari Senin (20/12), memenuhi ambang batas untuk secara resmi meminta pihak Blue House menanggapi petisi dalam waktu 30 hari.
Sementara itu, saluran kabel lokal Korea Selatan yang menayangkan drama tersebut mengubah papan buletin pemirsanya ke mode privasi, sehingga hanya penulis dan pengelola papan buletin yang dapat melihat isinya. Hal ini semakin memicu kemarahan pemirsa secara online, yang merasa pihak stasiun televisi tidak ingin berkomunikasi dengan pemirsa.
Kekhawatiran tentang distorsi sejarah bukanlah hal baru atau terbatas pada drakor Snowdrop.
Pada bulan Maret, sebuah drama romansa JTBC dikritik dan diminta untuk menghentikan produksinya karena “menghina fondasi negara Korea Selatan” dalam sebuah petisi online ke situs web Blue House.
Dengan upaya untuk menunjukkan bahwa semua yang ada di serial ini, kecuali latar belakang sejarahnya, adalah fiksi, pihak tim produksi mengubah nama asli Eun Young Cho, karakter yang diperankan oleh Jisoo BLACKPINK, menjadi Eun Young Ro, dengan maksud untuk menunjukkan bahwa nama itu tidak mengacu pada Chun Young Cho, seorang aktivis pro-demokrasi di kehidupan nyata.
Selain itu, kebetulan luar biasa lainnya juga menjadi perhatian pemirsa untuk sekedar disebut kebetulan. Meskipun penulis Snowdrop Yoo Hyun Mi sendiri belum mengonfirmasi inspirasi apa pun berdasarkan karakter kehidupan nyata, pemirsa menarik hubungan antara musisi Korea Selatan dan komposer jenius, Yun Isang, dan ayah pemeran utama pria, sebagaimana dikutip melalui laman Koreaboo.
Di episode 2 dijelaskan bahwa ayah dari pemeran utama pria adalah seorang musisi terkenal di Berlin dan karenanya, pemeran utama pria dijadwalkan untuk belajar di luar negeri yaitu di Berlin juga. Ayah pemeran utama pria ditulis sebagai pemenang medali yang menghadapi penindasan dan tidak dapat kembali ke Korea. Pemeran utama pria yang diperankan oleh Jung Hae In, yang tumbuh di Jerman, kembali ke Korea Selatan sendirian.
Dalam kehidupan nyata, Yun Isang memenangkan medali Goethe dan beberapa penghargaan musik lainnya hanya untuk dilarang kembali Korea Selatan. Dia tidak punya pilihan selain melakukan perjalanan bolak-balik antara Korea Utara dan Jerman sebagai gantinya. Meskipun dia telah menetap bersama keluarganya di Berlin, dia dituduh melakukan spionase dan diculik oleh dinas rahasia Korea Selatan pada tahun 1967. Ini adalah periode waktu di mana banyak siswa Korea-Jerman juga dituduh sebagai mata-mata. Yun Isang disiksa dan dipaksa untuk mengaku dan akhirnya dipenjara. Banyak artis menandatangani petisi di seluruh dunia untuk pembebasannya. Sejak 1973, ia berpartisipasi dalam seruan demokratisasi Korea Selatan.
Meskipun sutradara Jo Hyun Tak mengatakan selama konferensi pers online yang diselenggarakan pada hari Kamis (16/12) bahwa Snowdrop adalah kisah individu dan bukan tentang politik atau ideologi, kritik tidak akan berhenti dalam waktu dekat bahkan detail kecil dari drama sedang diteliti dan diserang dengan asumsi yang tidak berdasar.
Beberapa perusahaan yang mensponsori drama tersebut, termasuk perusahaan kue beras Ssarijai, Heungil Furniture dan banyak lagi, telah meminta untuk menghapus atau meminimalkan paparan produk mereka dalam drakor Snowdrop.
“Setelah menonton episode pertama Snowdrop, kami juga berpikir bahwa penonton mungkin menjadi khawatir tentang kontroversi sejarah. Jadi kami meminta tim drama untuk menghentikan sponsor dan produk kami tidak akan muncul dari episode ketiga, ”ungkap seorang pejabat Ssarijai sebagaimana dilansir melalui The Korea Herald, menambahkan bahwa mereka akan lebih teliti dalam mensponsori drama televisi dan film di masa depan.
Masih harus dilihat apakah drakor 16 bagian ini akan mengalami nasib yang sama seperti drama SBS Joseon Exorcist, yang awal tahun ini dibatalkan di tengah jalan setelah kritik yang semakin meningkat mengenai ketidakakuratan dan distorsi sejarah dalam dua episode pertama.
Snowdrop tayang setiap hari Sabtu-Minggu pada pukul 22.30 malam waktu Korea di kanal televisi JTBC dan tersedia di platform streaming video Disney+.