Nama Kim Bum tengah menjadi perbincangan di kalangan netizen Indonesia setelah aktor Hallyu tersebut dikabarkan akan terlibat dalam film kolaborasi Indonesia – Korea Selatan “Tanah Air Kedua”. Sang aktor kabarnya akan berperan sebagai pahlawan Garut asal Korea Yang Chil Seong alias Komarudin bersama dengan Maudy Ayunda, yang akan menjadi istrinya.
Rumor tersebut muncul pertama kali dari bibir Bupati Garut, Rudy Gunawan, saat mengikuti pertemuan khusus dengan Duta Besar Korea Selatan untuk Indonesia, Lee Sang Deok, pada Jumat (25/8).
Publik pun penasaran dan ingin tahu lebih jauh tentang sosok Komarudin, yang disebut sebagai pahlawan Garut dari Korea Selatan.
Siapa Komarudin dan bagaimana kisahnya? Simak yuk lebih jelasnya di bawah ini!
Profil Komarudin: Pahlawan Garut Asal Korea
Kisah Komarudin dimulai ketika Korea dijajah oleh Jepang (1910-1945). Banyak warga Korea yang dipaksa bekerja atau bergabung dengan pihak militer Jepang yang sedang memperluas wilayah jajahannya ke Asia Tenggara pada awal 1942.
Lahir pada 29 Mei 1919 di Kabupaten Wanju, Provinsi Jeolla, Korea, Komarudin lahir dengan nama Yang Chil Seong. Pada awalnya, dia ditugaskan oleh pemerintah kolonial Jepang sebagai penjaga tawanan tentara sekutu di Bandung pada 1942. Saat itu, Korea dan Indonesia sama-sama sedang dijajah oleh Jepang.
Setelah Indonesia dan Korea merdeka pada tahun 1945, Yang Chil Seong memutuskan tidak kembali ke Korea, melainkan tetap tinggal di Indonesia. Dia berganti nama menjadi Komarudin dan menjadi mualaf dengan memeluk agama Islam serta menikahi seorang gadis asal Wanaraja.
Ketika tentara Belanda kembali datang ke Indonesia dan melancarkan agresi militer, Komarudin datang ke Garut untuk bergabung dengan TNI bersama Hasegawa (Abubakar) dan Masahiro Aoki (Usman).
Mereka berperang secara gerilya dalam kelompok yang dijuluki “Pasukan Pangeran Papak” dari Markas Besar Gerilya Galunggung (MBGG) pimpinan Mayor Kosasih, yang bermarkas di Kecamatan Wanaraja, Garut.
Pasukan tersebut juga ikut berperang dalam peristiwa Bandung Lautan Api. Komarudin juga tercatat pernah menggagalkan upaya Belanda merebut Wanaraja dengan menghancurkan Jembatan Cimanuk.
Ketika Belanda menyerang Garut, Pasukan Pangeran Papak bertugas mengamankan wilayah tersebut. Namun karena kekuatan Belanda terlalu besar, mereka terpaksa mundur.
Ketiga tentara gerilya itu bersembunyi tetapi tertangkap karena informasi dari mata-mata. Akibatnya, Komarudin, Abubakar, Usman, dan seorang pejuang Indonesia yang bernama Djoehana tertangkap di Gunung Dora.
Kisah Komarudin dan kawan-kawan seperjuangannya pun berakhir sad ending. Pada tanggal 10 Agustus 1949, Komarudin, Abubakar, dan Usman dieksekusi di Kerkhoff, Garut. Sedangkan Djoehana mendapat hukuman penjara seumur hidup di LP Cipinang.
Ketiga pahlawan Garut itu dimakamkan di TPU Pasir Pogor, lalu tahun 1975 dipindahkan ke Taman Makam Pahlawan Tenjolaya, Garut. Komarudin gugur dengan meninggalkan seorang anak laki-laki. Hingga saat ini, anak menantu dan cucu Komarudin tetap tinggal di Indonesia.
(Berbagai sumber)