Setiap hubungan memiliki “kategori” atau “nama”-nya masing-masing. Ada hubungan keluarga, hubungan pertemanan, hubungan persahabatan, hubungan percintaan–dimana ada yang namanya pasangan kekasih, ada hubungan suami-istri. Setiap jenis hubungan ini ada batasan-batasannya, ada konsepnya yang jelas. sampai dimana batasan teman, sahabat, dan sampai di mana batasan pacar. Ada konteks dan kapasitasnya masing-masing.
Tetapi, akhir-akhir ini muncul istilah “Hubungan Tanpa Status (HTS)”, “Teman Rasa Pacar”, ada juga “Friends with Benefit’. Katanya, sih teman. Tapi intensitas kedekatannya terasa agak berlebihan. Teman, tapi bawaannya rindu melulu, ingin menemui. Tiap hari chat. “How’s your day?”. “Hari ini dimana? Ngapain aja?” Teman, tapi setiap malam minggu, minta kamu datang ke rumahnya. Teman, tapi memerhatikan detil gerak-gerikmu. Apa kamu sudah makan atau belum, apa makanan yang kamu makan? Sedikit saja ada gores hitam di tanganmu dia akan tahu dan akan bertanya, “itu kenapa?” Belum lagi kalau si dia suka mengatakan, “I care about you”. “Friends With Benefit”, Teman tapi Ngeseks. Yang satu terlalu sweet untuk kategori teman. Yang satu lagi terlalu ekstrem.
Konsep-konsep kekinian yang mengaburkan konteks hubungan seharusnya. Ini, yang beberapa ladies bilang dengan “konsep nggak jelas”. Sebenarnya maunya apa? HTS, berkelakuan seperti pacar, tapi merasa seperti teman baik. Orang yang menawarkan dan menjalani HTS (Hubungan Tanpa Status), TTM (Teman Tapi Mesra), adalah orang yang egois! Dilepas takut, tapi di-‘jadiin” juga nggak mau. Egois banget nggak, sih? Nggak Cuma egois, tapi sebenarnya juga Munafik. Apakah perempuan semacam jemuran? Kok digantung aja?
Nggak ada komitmen, nggak ada kewajiban, cuma sama-sama butuh. “Kalau jadian syukur, kalau nggak, gigit jari! Orang-orang seperti ini melakukannya, karena butuh kehangatan, butuh perhatian. Lalu “gantungin” orang, karena terlanjur nyaman.” ungkap Henny Kristianus, pemiliki yayasan Tangan Pengharapan, penginjil, dan motivator.
Menurutnya, HTS adalah “Hati Tersiksa Selalu”. Karena, status nggak jelas, ladies! Perlakuan sudah kayak pacar, tapi tiap kali ditanya, jawabnya teman baik. “Jangan membangun sesuatu yang nggak ada ujungnya. Tanpa kejelasan, tidak ada masa depan. Jangan memulai sesuatu yang nggak ada akhirnya. Karena akan sia-sia,” papar Henny Kristianus.
Mungkin butuh waktu untuk seorang perempuan mengakhiri konsep hubungan nggak jelas seperti ini. Karena, perempuan senang “denial” atau “menyangkal”. It’s okay, ambil waktumu, pergunakan logikamu, dan ambil keputusan! Ya, mungkin, pria-pria ini punya beragam alasan, memilih menggantung-mu dalam status kamuflase ‘teman baik’. Tapi nggak usah dipertanyakan, kenapa? Ini hanya membuang-buang waktu. Hentikan, move on, and get a life!