The Story of Park’s Marriage Contract sudah tayang komplet. Ini merupakan drama romantis tentang pernikahan kontrak antara Kang Tae-ha (diperankan Baek In-hyuk) dan Park Yeon-woo (diperankan Lee Se-young). Yang membuat drama ini unik, Yeon-woo adalah wanita bangsawandari era kerajaan Joseon yang melakukan lompatan waktu ke era modern.
Yeon-woo adalah wanita yang berani. Ia diam-diam bekerja sebagai perancang baju hanbok dan dikenal dengan ciri khas sulaman kupu-kupu. Semula ia menolak menikah tapi akhirnya terpaksa karena orang tuanya. Tak disangka ia menikah dengan Kang Tae-ha, pria baik yang pernah ia temui secara tidak sengaja. Malang, Tae-ha memiliki penyakit jantung dan meninggal dunia saat malam pertama mereka. Dalam masa berduka, Yeon-woo diculik dan dilempar ke dalam sumur oleh orang tidak dikenal. Rupanya sumur itu menghubungkannya dengan dunia modern.
Di era modern, Yeon-woo kembali bertemu Tae-ha. Di sini Tae Ha adalah seorang pewaris perusahaan konglomerat yang tidak tertarik untuk menikah. Ia juga memiliki kelainan jantung. Demi membujuk kakeknya agar mau menjalani operasi penting, ia menggelar pernikahan palsu. Saat itulah Yeon-woo muncul dan menjadi pengantinnya. Terjebak di dunia modern, Yeon-woo akhirnya setuju menandatangani perkawinan kontrak dengan Tae-ha. Sambil mencari jalan untuk kembali ke era Joseon, ia menemukan pertautan nasibnya di masa lalu dan masa kini. Pernikahan yang semula pura-pura menjadi kisah cinta yang sesungguhnya.
Lewat drama ini Anda bisa lihat, walau tidak pusing bayar cicilan rumah dan kendaraan, keluarga konglomerat juga punya masalah sendiri. Tae-ha dan adiknya dari kecil sudah diatur untuk meneruskan bisnis keluarga. Hubungan dengan keluarga pun cenderung karena urusan bisnis, sehingga mereka kurang kasih sayang dan tidak paham nilai-nilai keluarga yang utuh. Tae-ha tumbuh jadi bos yang dingin, sementara adiknya hanya menilai orang-orang menghargai dirinya karena harta yang dimilikinya.
Salah satu yang disinggung dalam drama yang menggabungkan suasana modern dan tradisional Korea ini adalah isu patriarki, terutama pada era Joseon. Pada itu kerajaan menjadikan ajaran konfusius sebagai panduan hidup masyarakat yang memengaruhi kehidupan wanita pada masa itu. Saat Korea berada di era Goryeo, wanita memiliki kebebasan dalam banyak hal termasuk dalam pemerintahan, tetapi pada era Joseon gerak gerik wanita sangat dibatasi, seperti yang digambarkan dalam drama The Story of Park’s Marriage Contract.
Dalam drama tayang di Viu ini, wanita bangsawan seperti Yeon-woo bahkan lebih terbatas kehidupannya. Walau ia anak menteri, ia hanya boleh belajar di rumah. Ia tidak boleh menunjukkan wajahnya sembarangan di tempat umum, apalagi bekerja sebagai pembuat baju.Terlebih lagi Yeon-woo suka membuat baju dalam yang tidak biasa. Sebagai pembuat baju wanita, Yeon-woo pun dikejar petugas keamanan kerajaan karena dianggap telah melanggar hukum. Jika tertangkap ia bakal dikenai hukuman berat. Terlebih ia adalah wanita dari kalangan bangsawan. Meski ahli dalam menyulam dan menjahit, Yeon-woo tak bebas berkarya..Keahliannya menyulam dan menjahit baru bisa dinikmati masyarakat luas ketika ia melompat ke era modern.
Sebagai wanita bangsawan Yeon-woo hanya memiliki tujuan utama menikah, berbakti pada mertua dan keluarga suami, dan memberikan anak laki-laki sebagai penerus garis keturunan keluarga suami. Tak heran kalau ia menjadi gunjingan orang karena tidak segera menikah. Gara-gara itu ia sampai dijuluki wanita buruk rupa oleh masyarakat, yang bahkan tidak pernah melihat wajahnya.
Berbeda dengan wanita dari kalangan biasa, wanita bangsawan hanya boleh menikah satu kali. Ketika ditinggal mati oleh suami, ia dianggap bermoral dan terhormat untuk terus berduka, mengurung diri di dalam rumah, mendoakan mendiang suami setiap hari, dan tidak lagi mengenakan pakaian berwarna warni. Lebih dianggap terhormat lagi kalau menyusul suami ke alam baka. Jika tetap hidup, ia harus mengabdi pada keluarga mendiang suami. Yeon woo yang ditinggal mati Kang Tae-ha pada hari pernikahannya pun diharuskan untuk pindah dan mengabdi pada keluarga Tae-ha. Ketika ia ditemukan mati kemudian, orang-orang menganggap wajar jika seorang janda menyusul suami bahkan dianggap terhormat. Tidak ada yang curiga kalau itu pembunuhan. Hanya ibu Yeon-woo yang terus bersedih hingga sakit dan mengembuskan napas terakhir.
Bukan hanya Yeon-woo, ibu tiri Tae-ha yang menjanda pun mengalami penderitaan karena sistem patriarki. Ia harus mengabdi pada mertua dan sering mendapat perlakuan kejam. Sedikit banyak ini membuat hatinya menjadi gelap dan haus kekuasaan.
Pada masa modern wanita Korea sudah tidak lagi seperti di zaman Joseon. Maka tak heran yeon-woo yang bercita-cita melihat dunia luas dan bebas berkarya begitu bahagia tinggal di masa modern.